Kamis, 23 Desember 2010

KTI-ku BAB II


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
            Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
2.1.2   Tingkat Pengetahuan
1.    Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
2.    Memahami (Comprehension)
 Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara luas.

3.    Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi nyata.
4.    Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.    Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.    Evaluasi (Evaluation)
Ini berkitan dengan kemampuan untuk menlakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.3   Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Menurut Wahid, dkk (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan sebagai berikut :
1.  Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidkan seseorang semakin mudah pula mereka menerima inforamsi yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat  pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2.      Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.  Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan. Pertama, perubahan ukuran, kedua, proporsi, ketiga, hilangya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikolgis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4.  Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5.  Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berintaksi denga lingkungannya. Ada keenderungan pengalaman yang kurang baik seeorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6.  Kebudayaan lingkungan sekitar
   Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap kita.
7.  Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2. Orang Tua
2.2.1 Pengertian
Orang tua yaitu setiap, orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang ada dalam penghidupannya  sehar – hari lazi disebut bapak atau ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang peanan dalam kelangsungan hidup rumah tangga dan keluarga ( Nasution, 1998 ).



2.2.2   Fungsi Orang Tua
1.      Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2.      Asuh, adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan peawatan anak agar kesehataannya selalu terjaga terpelihara sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang sehat fisik, mental sosial dan spiritual.
3.      Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.2.3   Tanggung jawab Orang Tua 
1.      Mengasuh Anak
                      Salah satu nilai keluarga yang penting adalah menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan, dorongan, cinta dan penerimaan. Sebuah prasyarat untuk mencapai saling mengasuh adalah komitmen dasar masing – masing pasangan dari hubungan perkawinan yang secara emosional terpelihara. Pemberian asuhan ( pola asuh ), berarti pola pemberian perilaku yang dapat menjamin pertumbuhan dan kesehatan anak, secara wajar dan memiliki kesehatn yang menggembirakan tanpa asuhan yang sehat. (Nasution,1998 ).
2.      Membimbing anak
                        Setiap orang tua  berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak  sebab bimbingan yang akan menentukan masa depan anak. Dengan bimbingan yang baik kepada seorang anak akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar. Sehingga segala potensi yang masih terpendam dalam dirinya akan diungkapkan. ( Nasution, 1998 )
3.      Mengarahkan pergaulan anak
                        Pergaulan anak diarahkan oleh orang tuanya dengan tujuan anak dapat memilih hal – hal yang perlu diambil dari pergaulan dibutuhakan pengertian yang ditanamkan pada anak melalui tindakan aktif, misalnya mendorong anak untuk memasuki kelompok yang dinilai baik sebaliknya menghindarkan anak dari kelompok yang dinilai tidak baik. Dengan demikian pergaulan anak tidak sampai memberikan pengaruh negative pada pertumbuhan dan perkembangan anak. ( Nasution, 1998 ).
     2.3 Komunikasi
     2.3.1 Pengertian
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Coomunicare yang berarti berpatisipasi atau memberitahukan. Menurut Suryani (2006) komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Damaiyanti (2008) komunikasi adalah suatu proses pertukaran ide, perasan dan pikiran antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku. Secara umum komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal, symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Mundakir, 2006).
2.3.2 Fungsi Komunikasi
Dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat-sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Beberapa fungsi komunikasi menurut Mundakir (2006) antara lain :
1.      Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komtentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.      Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi massa baik langsung maupun tidak langsung (melalui media).
3.      Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator.
4.      Perdebatan dan diskusi
Suatu permasalahan yang masih kontroversial atau polemik  dalam hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselesaikan dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melalui debat maupun diskusi.
5.      Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan tehnologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk ketrampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.
6.      Memajukan kehidupan
Contoh dari fungsi komunikasi ini adalah menyebar kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membuat leaflet, booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagaimana hidup sehat, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika dan lain-lain.
7.      Hiburan
Dunia entertainment telah banyak muncul dari produk komunikasi, misalnya lawak, menyanyi, drama, sastra, seni dan lain-lain.
8.      Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku dan berpola fikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang dilakukan.
2.3.4 Komponen Dalam Komunikasi
            Menurut Potter dan Perry yang di kutip Damaiyanti (2008), komponen  dalam komunikasi di bagi sebagai berikut :
1.      Komunikator : penyampaian informasi atau sumber informasi.
2.      Komunikan : penerima informasi atau memberi respon terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
3.      Pesan : gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulus yang disampaikan.
4.      Media komunikasi : saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
5.      Kegiatan “encoding” : perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan.
6.      Kegiatan “decoding” : penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.

2.3.5   Tingkatan Komunikasi
1.      Komunikasi Intrapersonal           
Komunikasi Intrapersonal adalah proses berpikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara pada diri sendiri tentang kesehatan diri sendiri. Komunikasi ini sangat penting terutama pada tenaga kesehatan sebagai role model dalam perilaku hidup sehat.
2.      Komunikasi Interpersonal
Adalah proses komunikasi langsung antara profesional-profesional dan profesional klien komunikasi ini biasanya dalam bentuk dialog, meskipun kondisi tertentu juga terjadi secara monolog.
3.      Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang terjadi dengan melibatkan lebih dari tiga orang. Komunikasi ini biasanya dalam bentuk diskusi dan saling mengenal. Komunikasi ini juga dapat terjadi dengan sifat anggota kelompok yang relatif homogen, misalnya komunikasi dengan kelompok remaja, usia lanjut, pengajian ibu-ibu, dan sebagainya.
4.      Komunikasi Publik
Adalah proses komunikasi yang dilakukan dihadapan orang banyak, baik secara aktif maupun pasif.
5.      Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi didalam organisasi maupun antar-anggota yang dapat bersifat formal maupun non-formal. Komunikasi ini melibatkan komunikasi intrapribadi, interpribadi, kelompok, kadang-kadang melibatkan komunikasi publik.
6.      Komunikasi Massa
Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis, yang luas, heterogen, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama (Mundakir, 2006).
2.3.6 Karakteristik Dasar Komunikasi
Untuk memperoleh keefektifan komunikasi, seseorang harus memperhatikan beberapa karakteristik dasar berikut ini, antara lain :
1.         Komunikasi membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan tingkat hubungan dengan orang lain.
2.         Komunikasi terjadi secara berkesinambungan dan terjadi hubungan timbal balik
3.         Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang bisa terjadi secara simultan.
4.         Dalam berkomunikasi seseorang akan berespon terhadap pesan yang diterima baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal maupun non-verbal.
5.         Pesan yang diterima tidak selalu diasumsikan sama antara penerima dan pengirim.
6.         Pertukaran informasi dibutuhkan ilmu pengetahuan.
7.         Pesan yang dikirim dan diterima dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, keyakinan dan budaya.
8.         Komunikasi dipengaruhi oleh perasaan diri sendiri, subyek yang dikomunikasikan dan orang lain.
9.         Posisi seseorang di dalam sistem sosiokultural dapat mempengaruhi proses komunikasi.
2.3.7 Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi menurut Damaiyanti (2008), bentuk komunikasi di bedakan :
1.      Komunikasi verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mampu mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, serta disertai unsur humor.
2.      Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam Suryani (2006) mengatakan bahwa sekitar 7% pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara, yaitu penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah, dan sentuhan.
 2.3.8 Metode Komunikasi
          Metode komunikasi menurut Mundakir (2006) :
1.      Komunikasi Informatif
 adalah metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum. Sifat metode ini adalah memberikan keterangan atau pemberitahun yang bersifat informatif, stimulatif, dan edukatif. Informatif bila suatu pesan yang disampaikan merupakan sesuatu yang baru bagi penerima pesan. Stimulatif bila komunikasi dapat memberikan semangat atau motivasi bagi penerima pesan untuk melakukan sesuatu atau merubah keadaan. Bersifat edukatif bila komunikasi yang dilaksanakan memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi penerima pesan.
2.      Komunikasi Persuasif
adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk secara halus agar komunikasi atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator. Metode ini umumnya dilakukan dalam bentuk ajakan dengan cara memberi alasan-alasan yang rasional, menjanjikan dan meyakinkan bagi orang yang mendengarnya. Keuntungan dari metode ini adalah komunikan diberi kebebasan untuk penilaian tentang apa yang disampaikan oleh komunikator sehingga dapat membuat keputusan sikap, apakah setuju dan mengikuti ajakan yang disampaikan oleh komunikator atau sebaliknya. Kelemahan dari metode ini adalah membutukan waktu yang relatif panjang untuk dapat mempengaruhi komunikan sehingga perlu kesabaran dan kegigihan dari komunikator dalam menyampaikan informasi.
3.      Komunikasi Instruktif atau Koersif
adalah metode komunikasi yang berupa perintah untuk melakukan sesuatu tugas atau pekerjaan. Komunikasi ini biasanya terjadi antara pimpinan dan anak buah, bos dengan karyawan, pihak yang kuat dengan yang lemah, antara dokter atau perawat dengan pasien. Metode komunikasi instruktif ini umumnya terjadi searah. Keuntungan dari metode ini adalah berorientasi pada tujuan dan hasil sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan kelemahan dari metode ini adalah sifat otoriter dari pemberi pesan.
2.4  Keluarga
2.4.1 Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan yang di kutip Sudiharto (2007), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan. Sedangkan Subekti, ddk (2005) mengartikan keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagian dari keluarga.
2.4.2   Bentuk-Bentuk Keluarga
Menurut Sudiharto (2007), bentuk keluarga dibagi :
1.      Keluarga inti (nuclear family)
        Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran maupun adopsi.
2.      Keluarga asal (family of origin)
Merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseoarang dilahirkan.
3.      Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis.
4.      Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5.      Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
6.      Keluarga komposit (coposite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7.      Keluarga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memilki anak atau tidak.
8.      Keluarga inses (incest family)
Seiring masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dasyat, di jumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakkanya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
9.      Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
2.4.3   Sistem Keluarga
Subekti, dkk (2005), membagi sistem keluarga sebagai berikut :
1.      Sistem terbuka
Di dalam keluarga terjadi saling tukar-menukar materi, energi, dan informasi dengan lingkungannya. Keluarga akan selalu berinteraksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya. Keluarga yang terbuka mau menerima gagasan-gagasan, informasi, teknik, kesempatan dan sumber-sumber keluarga terbuka selalu aktif mencari sumber-sumber baru untuk menyelesaikan masalah.
2.      Sistem tertutup
Sebuah keluarga memandang perubahan sebagai suatu yang membahayakan, orang asing tidak dipercaya dan dipandang membahayakan. Tipe keluarga bersifat kaku, sebagai akibatnya kejadian dalam keluarga menjadi konstan dan dapat diprediksi. Inti tujuan keluarga tertutup adalah stabilitas dan tradisi.
3.      Keluarga acak
Tipe keluarga ini bertentangan dengan tipe keluarga tertutup dalam hubungan dengan kontrol sosial keluarga dan kakunya keluarga terhadap perubahan. Keluarga serta individu membentuk batas-batas, nilai-nilai aktivitas, rutinitas dan jadwal sendiri. Lalu lintas dalam dan luar keluarga diatur secara tidak ketat bahkan  orang asingpun dilibatkan. Keluarga termasuk tipe energik, menghargai spontanitas, pilihan bebas, normal yang longer dan tantangan. Tujuan hubungan adalah eksplorasi lewat indra institusi anggota keluarga serta eksterm menyatakan bahwa tipe keluarga kacau balau dan cenderung bubar.
2.4.4   Struktur-Struktur Keluarga
Menurut Subekti, dkk (2005), struktur keluarga di bagi :
1.      Struktur peran
Peran adalah perilaki-perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Setiap berada dalam posisi tertentu seseorang akan memilki sejumlah peran, yang masing-masing terdiri dari suatu bentuk perilaku yang bersifat homogen dan diartikan menurut budaya yang diharapkan dalam posisi dan status tersebut. Sebuah peran dalam keluarga akan ditanggung bersama-sama oleh anggota keluarga/kelompok.
2.      Struktur nilai keluarga
Nilai adalah suatu keyakinan abadi yang berupa perilaku khusus. Nilai-nilai merupakan ciri sentral dari sistem kepercayaan seorang individu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan. Nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga kedalam suatu budaya yang lazim.
3.      Struktur komunikasi
Komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga, sehingga setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi tersendiri. Salah satu tugas keluarga yang utama yaitu membantu anggota keluarga memelihara lingkungan yang sehat, sehingga anggota keluarga dapat mengembangkan harga diri dengan baik melalui komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah mencocokan arti, mencapai konsistensi, dan mencapai kesesuaian antara pesan yang diterima  dan yang diharapkan. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam keluarga baik pengirim maupun penerima harus terlibat secara aktif dan mampu saling tukar-menukar posisi dengan menjadi pengirim penerima selama prosesnya berlangsung.
4.      Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga secara komprehensif membagi dalam tiga bidang yang meliputi: dasar kekuasaan, hasil pembuatan keputusan, dan proses kekuasaan. Aspek yang menonjol dari kekuasaan keluarga yang berhubungan dengan dasar bagi kekuasaan dalam keluarga dan subsistemnya yaitu sumber asal kekuasaan seseorang. Informasi ini dapat dilihat dari tingkah laku yang diobservasi atau dengan menanyakan pertanyaan yang relevan.
2.4.5   Fungsi Keluarga
Menurut Fiedman yang di kutip Sudiharto (2007), ada lima fungsi keluarga :
1.      Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
2.      Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berunteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
3.      Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4.      Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5.      Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
2.5    Remaja
2.5.1   Pengertian
Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di awali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2006).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
2.5.2 Pembagian remaja
         Menurut Nancy Pardede (2002), masa remaja dibedakan :
1.      Masa remaja awal (usia 10-14 tahun)
Masa remaja awal ditandai oleh pertumbuhan yang cepat dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Remaja muda sering terpaku pada perubahan fisik yang berlansung pada tubuh mereka. Karena perubahan fisik yang cepat, kesan tubuh, konsep pribadi dan harga diri berfluktasi secara dramatis. Kekhawatiran tentang bagaimana pertumbuhan dan perkembangan mereka menyimpang dari teman-teman mereka dapat merupakan masalah yang besar. Ketika remaja muda telah independent dan ikatan keluarga merenggang, kesetiaan bergeser dari orang tua kepada teman sebaya menjadi jauh lebih penting.
2.      Masa remaja usia menengah (usia 15-16 tahun)
Selama masa remaja menengah bersamaan dengan berkurangnya pertumbuhan yang cepat yang terjadi pada masa remaja awal. Remaja mulai memisahkan diri dan merasa lebih nyaman dengan tubuh mereka yang baru. Emosi yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Secara kognitif ketika remaja berubah dari berfikir abstrak dengan kekuatan mental yang baru menimbulkan suatu perasaan bahwa dunia dapat dirubah hanya dengan memikirkannya saja. Teman sebaya merupakan standart dalam hal identifikasi perilaku, aktivitas dan mode pakaian dan memberikan dukungan emosional, keintiman, empati serta membagi rasa bersalah dan kecemasan selama perjuangan untuk mendapatkan otonomi.
3.      Masa remaja akhir (usia 17-20 tahun)
Masa remaja akhir mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai lebih mempertahankan orang lain. Hubungan sosial bergeser dari kelompok teman sebaya kearah hubungan individual. Kencan menjadi lebih intim. Remaja yang lebih tua menjadi lebih independent dari keluarga. Kemampuan berfikir lebih realistik dalam hal rencana masa depan, tindakan dan karakter. Secara moral remaja yang lebih tua mempunyai konsep yang sangat baku dalam benar dan salah. Masa remaja akhir merupakan periode idealisme.

2.5.2    Ciri-Ciri Remaja
 Menurut Papila dan Olds (2001), ciri-ciri remaja ssebagai berikut :
1.      Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.      Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.      Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.      Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.      Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
2.6    Kenakalan Remaja
2.6.1 Pengertian
Menurut Kartono (2006) kenakalan remaja disebut juga Juvenile deliquency yang artinya perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Juvenile berasal dari bahasa latin juvenelis yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada anak muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Deliquent berasal dari bahasa latin deliquere yang berarti terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain. Sedangkan deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun.
Kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian remaja delinkuen. Misalnya, rumah tangga yang berantakan disababkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian diantara bapak dan ibu, hidup  terpisah, poligami, keluarga yang diliputi konflik keras, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja, sebabnya antara lain :
1.      Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.
2.    Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi. Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.
3.    Anak-anak tidak pernah mendapat latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup susila. Meraka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol-diri yang baik.
Sebagai akibat ketiga bentuk pengabaian diatas, anak menjadi bingung, risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam, benci sehingga anak menjadi kacau dan liar. Di kemudian hari mereka mencari kompensasi bagi kerisauan batin sendiri diluar lingkungan keluarga,yaitu menjadi anggota dari suatu gang kriminal, lalu melakukan banyak perbuatan brandalan atau kriminal. Fakta menunjukkan bahwa tingkah-laku delinkuen tidak hanya terbatas pada strata sosial bawah dan strata ekonomi rendah saja, akan tetapi juga muncul pada semua kelas, khususnya di kalangan keluarga berantakan.
Pada dasarnya kenakalan remaja merupakan suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, dapat juga dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah suatu bentuk perilaku yang menyimpang. Perilaku yang menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial, dan perilaku menyimpang tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melaikan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosial. Ketidakberhasilan belajar sosial atau kesalahan dalam berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat bermanifestasi dalam beberapa hal (Notok, 2007).
2.6.2   Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
1.      Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggui keamanan lalu-lintas, dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
2.      Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketenteraman lingkungan sekitar.
3.      Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku, sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.
4.      Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-macam kejahatan dan tindak asusila.
5.      Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korban, mencekik, meracun, tindak kekerasan, dan pelanggaran lainnya.
6.      Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan sek bebas, atau orgi (mabuk-mabukan hemat dan menimbulkan keadaan yang kacau balau) yang mengganggu lingkungan.
7.      Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menuntut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain.
8.      Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius, drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.
9.      Tindak tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tendeng aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas tanpa kendali (promiscuity) yang didorong oleh hiperseksualitas, Geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal sifatnya.
10.  Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak remaja disertai tindakan sadistis.
11.  Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan ekses dan kriminalitas.
12.  Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis delinkuen, dan pembunuhan bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.
13.  Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
14.  Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak dan remaja psikopatik, psikotik, neurotik dan menderita gangguan-gangguan jiwa lainnya.
15.  Tindak kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur (encephalitis lethargical), dan ledakan meningitis serta post-encephalitics, juga luka di kepala dengan kerusakan pada otak adakalanya membuahkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol-diri
16.  Penyimpangan tingkah-laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ yang inferior.
2.6.3   Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja menurut kartono    (2006) :
1.    Faktor Internal
a.       Reaksi Frustasi Negatif
Dimasukkan ke dalam cara adaptasi yang salah terhadap tuntutan zaman modern yang serba kompleks sekarang ini adalah semua pola kebiasaan dan tingkah-laku patologis, sebagai akibat dari pemasakan konflik-konflik batin sendiri secara salah, yang menimbulkan mekanisme reaktif/respon yang keliru atau tidak cocok.
b.      Gangguan Pengamatan dan Tanggapan Pada Anak-anak Remaja
Adanya kedua gangguan tersebut diatas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu antara lain berupa ilusi, halusinasi, dan gambaran semu.
c.       Gangguan Berfikir dan Intelegensi Pada Diri Remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berfikir juga penting bagi upaya memecahkan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pikiran-pikirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realitra yang ada, maka pikirannya terganggu, ia kemudian dihinggapi bayangan semu yang palsu. Lalu reaktifnya juga menjadi menyimpang dan tidak normal lagi.
d.      Gangguan Perasaan/Emosional Pada Anak-anak Remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan, dan menentukan besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia, jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia. Sebaliknya jika keinginan dan kebutuhannya tidak terpenuhi, ia mengalami kekecewaan dan banyak frustasi. Maka perasaan selalu mengiringi proses ”ketegangan oleh kebutuhan” fan proses pemuasan kebutuhan.
2.    Faktor Eksternal
a.       Faktor Keluarga
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu terjadinya kenakalan remaja. Kurangnya komunikasi dalam keluarga akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja, anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri.
b.      Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah yang buruk, kurangnya perhatian dari guru serta memiliki teman-teman sebaya mengakibatkan minat belajar anak menurun. Sebaliknya mereka menjadi lebih tertarik pada hal-hal nonpersekolahan seperti masalah seks, hidup santai, minum minuman keras, suka membolos sekolah, lebih suka berkeliaran di jalan-jalan raya, mengunjungi daerah-daerah ”lampu merah”, melakukan eksperimen seks dan perkosaan beramai-ramai, melihat film porno, dan melakukan perkelahian.
c.       Faktor Milieu
Milieu atau lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesens yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti sosial.














2.7    Kerangka Konseptual
            Kerangka konseptual ini adalah penelitian Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Cara Komunikasi Keluarga Dalam Mencegah Kenakalan Remaja Usia 12-18 Tahun di RW 1 Desa Padas Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian
 


 










Text Box: C3 (aplikasi)   C4 (analisis)   C5 (sintesis)   C6 (evaluasi)



 





Keterangan :
                           : Diteliti       
                           :  Tidak diteliti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar